Orang-orang besar

Dunia sudah sesak berisi orang-orang hebat. Dari kepala suku tahan
peluru, hingga Steven Seagal di Holywood. Kalau bicara politik, maka
lebih banyak lagi orang-orang hebatnya, Jengis Khan orang hebat, Stalin,
sampai tokoh yang menjanjikan demo persatuan sejuta orang di Senayan.
Semuanya hebat. Dunia lawak juga mempunyai orang hebat dari Asmuni
sampai si wanita besi Tessy. Jaka Tingkir hebat karena bisa terbang, Edi
Tanzil malah bisa menghilang.

Karena itu jangalah bermimpi ingin menjadi orang hebat. Sudah terlalu
banyak orang seperti itu. Lagipula tanpa disadari diri anda adalah orang
hebat. Kalau tidak percaya mari kita tengok kembali ke awal kejadian. Di
antara berjuta-juta sperma yang menuju ovum pada saat proses pembuahan,
hanya satu yang bisa bertahan. Sementara jutaaan lainnya kalah bersaing,
langsung klenger di menit-menit pertama. Di sinilah hebatnya, karena
satu-satunya yang bertahan itulah menjadi anda, yang menjadi besar
sekarang, bisa berjalan, bertolak pinggang, berlari dan tertawa.  Yang
sering mengklaim dirinya hebat, baik terartikulasi dari mulut atau
terakumulasi dalam hati. Jadi tak bisa dipungkiri Anda adalah orang
hebat.

Tapi apakah Anda juga orang besar?

Belum tentu. Tidak setiap orang yang hebat adalah orang besar. Demikian
pula banyak orang besar yang tidak perlu menjadi hebat.

Beberapa waktu lalu, ketika bepergian, saya mendapat kesempatan
bersilaturahmi dengan orang-orang yang mempunyai ciri sebagai orang
besar. Memang masih bisa dihitung dengan jari, ini lantaran jari saya
hanya ada sepuluh dan tak mau repot buka sepatu. Ada yang lebih tua; ada
pula yang masih muda. Saya memang tidak tahu persis seberapa jauh
kebesaran mereka, karena hanya mereka sendiri yang tahu persis isi
hatinya dan hanya Allah-lah yang menilainya. Saya hanya bisa melihat
bayang-bayang kebesarannya dari tindak-tanduk dan ucapannya. Hingga
suatu saat nanti, sejarah yang akan mengenang, bukan saya.

Mengapa mereka saya bilang mempunyai ciri orang besar? Umar Al-Faruq
adalah seorang yang besar. Ketakwaannya luar biasa, begitu takutnya akan
kekuasaan Allah sehinga ditakuti oleh para syetan yang selalu menghindar
darinya. Begitu besar kekuasaannya dari dataran Afrika hingga Balkan,
namun hatinya bersama rakyat kecil. Tidur di bawah langit, di atas
pelepah kurma. Memanggul sendiri sekarung gandum untuk rakyat kecilnya
yang merintih. Bisa tidur dengan aman karena kewajiban akan keadilan
telah ditegakkan.

Bagi saya seseorang bisa dibilang besar, karena berjiwa besar.
Ingatannya selalu jauh tinggi ke langit namun kakinya menginjak bumi.
Ketakutan hanya pada Allah, tidak menganggap rendah orang lain, pekerja
keras, mau mengerjakan hal-hal kecil  dan tentunya membantu orang-orang
kecil.

Jadi biarlah orang-orang menganggap dirinya hebat, sehebat si putih
sintetis M.J., sehuebat-huebatnya manusia karena bisa berubah warna.
Namun sungguh sulit menjadi orang besar karena hatinya harus selalu
dalam penjagaan Allah , sementara mulutnya tidak mengklaim sepatah
katapun tentang kebesaran dirinya. Nama besar bukan untuk
dikumandangkan, tapi untuk dikenang.

Siapapun bisa menjadi orang besar, tak perlu menjadi hebat dan terkenal.
Namun jangan sekali-kali menginginkan pengakuan dari khalayak sebagai
orang besar. Orang-orang besar hanyalah sejarah, artinya seseorang baru
diakui sebagai orang besar setelah ia tiada. Ketika itulah kita bisa
menilai dari resultant seluruh amal kanan dan kirinya. Lalu jika anda
berani menginginkan pengakuan sebagai orang besar,  maka langkah pertama
adalah menghentikan nafas. Anda harus mati dan teringat dalam sejarah.
Namun hati-hati, menganggap dirinya besar ketika hidup tapi yang
tertinggal hanyalah cemoohan, laknat atau sendiri dalam kesepian
sepanjang masa.

Anda sudah menjadi orang hebat ketika awal kejadian. Sekarang gilirannya
merintis agar diakhir kehidupan menjadi orang besar. Lahir sebagai orang
hebat, mati sebagai orang besar. Apa nggak hebat...eh besar!!!

Troy, Dec 03, 99
Pungkas B. Ali
menerima saran, kritik, cemooh...

--
"Rawe-Rawe Rantas, Malang-Malang Putung"