From:  Joko Sudiyono j_sudiyono@yahoo.com
Date:  
11/20/99 09:16:46

Adakah Bid'ah Hasanah ?

Bid'ah dipahami sebagai tambahan dalam 'ibadah. Dan polemik bid'ah antara boleh tidaknya engadakan bid'ah ini, telah melahirkan pengertian bid'ah hasanah (penambahan yang baik) dan bid'ah dlolalah bid'ah yang tidak baik). Menjalankan sholat maghrib empat rekaat merupakan contoh bid'ah yang tidak baik dan dilarang. Sedangkan mengucapkan niat sholat merupakan bid'ah yang baik. Begitu pendapat penganut yang membolehkan bid'ah. Sedangkan yang "anti bid'ah" tidak kompromi, pokoknya setiap tambahan diluar apa yang telah ditentukan Allah dan Rasul-Nya dilarang.

Sebagai upaya untuk memahami duduk persoalannya, marilah kita pahami kembali arti 'ibadah. Memang telah banyak pendapat mengenai apa itu ibadah, tetapi dalam rangka kembali kepada Alquran dan Al-hadits marilah segala permasalahan yang tengah kita hadapi dibahas dengan rujukan awal Alquran baru kemudian Alhadits bila perlu.

Kita tahu bahwa Allah tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah (QS. 51:56). Dan dalam ayat lain disebutkan, bahwa beribadah kepada Allah itu berada pada jalan yang lurus (shiraathalmustaqiem, lihat QS. 36 :61). Dan orang yang berpegang teguh kepada apa yang diturunkan (wahyu) Allah sesungguhnya orang itu berada pada shiraathal mustaqiem.

Jadi yang dimaksud beribadah kepada Allah itu tiada lain menjalani hidup dengan berpegang teguh pada wahyu Allah, ialah Alquran dan Alhadits.

Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, Alquran meskipun telah lengkap mencakup segi-segi kehidupan bukan berarti mengatur secara rinci/detail setiap tingkah laku manusia. Selain dari itu, Allah telah melarang umat Islam untuk menanyakan hal-hal yang jika diterangkan kepada manusia akan empersulit diri sendiri kepada Rasulullah (Qs. 5:101). Karena hal-hal itu bila dijawab oleh Rasulullah akan menjadi hadits dan mengikat bagi umat Islam (masih ingat kan akibat pertanyaan yang neko-neko, Bani Israel telah kesulitan mendapatkan sapi yang akan disembelih, dan itu salah satu contoh dari pertanyaan yang akhirnya mempresulit diri sendiri).

Hal-hal itulah yang dimaksud sebagai perkara-perkara yang oleh Allah dan Rasulnya tidak ditetapkan dalam QS 33 : 36.

"Bahwasanya tidak ada pilihan bagi laki-laki mukmin dan perempuan-perempuan mukminat untuk menetapkan/memilih dalam urusan mereka, jika Allah dan Rasul-Nya telah memutuskan perkara itu". Atau dengan mengeluarkan makna tersiratnya yaitu apabila Allah dan Rasul-Nya tidak menetapkan suatu perkara (yang tengah dihadapi umat Islam)atau tidak jelas ketetapannya, maka sudah menjadi wewenang manusia untuk mengambil keputusan sendiri. Tentunya orang yang dapat mengetahui suatu perkara itu ada atau tidak dalam Alquran dan Alhadits,jelas para ulama' yang takut kepada Allah.

Dengan demikian memang ada masalah baru yang tidak ada atau tidak jelas ketetapannya dalam Alquran dan Al-hadits. Dan perkara ini oleh ulama' disebut sebagai masalah Ijtihadiyah.

Sedangkan dalam pengertian 'ibadah yang lain, dapat disebut sebagai pengertian 'ibadah dalam arti sempit. Dimana contoh kegiatan 'ibadah dalam arti sempit itu ditunjukkan sebagai sholat, wudlu', puasa, hajji dan lain-lain yang bersifat 'ritual'. Ibadah dalam arti sempit ini dapat kita formulasikan sebagai aktifitas 'ibadah yang telah ditentukan syarat dan rukunnya (oleh Allah dan rasul-Nya). Sehingga apa bila ditambah-tambahi atau dikurang-kurangi dilarang. Dan penambahannya biasa disebut sebagai bid'ah. Oleh sebab itu ada yang berpendapat bahwa setiap bid'ah pasti dlolalah. Dan Bid'ah hasanah itu tidak ada.

Dengan demikian bagi yang berpendapat adanya bid'ah hasanah, sebenarnya yang dimaksud hanyalah masalah ijtihadiyah. Dan kembali kepada QS 5:101, pada dasarnya hal-hal itu (apapun hasil pemilihannya) sudah diampun oleh Allah. Melaksanakan silahkan, tidak melaksanakan ya silahkan.

Wassalaamu 'alaikum wr. wb.

Djoko Sudiyono

 



From: sigit_her@purwokerto.wasantara.net.id

 

Assalaamu'alaikum Wr Wb

Segala puji hanyalah milik Allah, kepada-Nya kami memuji, mohon pertolongan dan ampunan. Kepada-Nya kami berlindung dari kejahatan jiwa dan amalan kami.  Barang siapa diberi petunjuk oleh Allah, tiada satupun yang dapat menyesatkannya, dan barang siapa disesatkan Allah, tiada satupun yang dapat menunjukinya.  Aku bersaksi bahwa tiada ilah melainkan Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu hamba dan utusan-Nya.

Jawaban atas pertanyaan subject diatas beserta materi tentang bid'ah serta lainnya, silakan surf:

1.  Kumpulan materi http://members.xoom.com/Salafiyyun/salaf.htm
2.  Setiap bid'ah menyesatkan http://members.xoom.com/Salafiyyun/Bsesat1.html.
3.  Mengapa bid'ah wajib ditentang? http://members.xoom.com/Salafiyyun/BID1.html.>
4.  Sebab-sebab timbulnya bid'ah http://members.xoom.com/Salafiyyun/BID2.html.
5.  Kesempurnaan syara' dan bahaya bid'ah(1)dan(2)
      http://members.xoom.com/Salafiyyun/BahayaB1.html.
      http://members.xoom.com/Salafiyyun/BahayaB2.html.

 

Ini yang langsung berkaitan dengan subject diatas. Tulisan ini merupakan tulisannya Syaikh Muhammad bin Shalih Utsaimin, salah seorang ulama dari Saudi.  Bukunya sudah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia, judulnya "Kesempurnaan Islam dan Bahaya Bid'ah". Dijelaskan disana bahwa agama Islam ini sudah sempurna. Dijelaskan pula berbagai pertanyaan tentang hal ini, semacam hadits "man sanna sunnatan hasannatan..." (barang siapa memulai memberikan contoh terbaik dalam Islam...) yang kadang dijadikan dalil untuk "memulai sebuah bentuk ibadah tersendiri yang belum ada contohnya" (padahal itu merupakan bid'ah).

Dijelaskan pula tentang pernyataan Umar bin Khattab ra "Sebaik-baik bid'ah adalah ini" yang sering dijadikan hujjah adanya bid'ah hasanah. Padahal shalat tarowih berjama'ah yang diperintahkan oleh Umar bin Khattab ra itu bukanlah 'hal yang baru' (bid'ah), tetapi sudah pernah dicontohkan oleh Rasulullah Shalallahu'alaihi wassalam.  Lalu kenapa dikatakan bid'ah oleh Umar bin Khattab?  Dalam konteks apa?  Klik dan baca sendiri ya, sudah cukup lengkap kok, lagi lumayan sibuk nih :)

Wallahul muwaffiq ilaa aqwamitthariq
Wallahu a'lam bisshawab
Wassalaamu'alaikum Wr Wb

Mohammad Sigit Hermawan
-----------------------